Maqam Para Wali dan Kekuatan Supranatural

Posted on Updated on

Pertanyaan: Apakah para nabi dan wali memiliki kekuatan supranatural?

Jawaban:
Alam penciptaan adalah alam sebab dan akibat, setiap individu memiliki potensi memperoleh karunia ‘kemampuan Ilahiyah’ melalui kehendak dan izin-Nya. Kekuatan yang luar biasa itu tidak dapat dihasilkan oleh seorang hamba yang lemah keimanan terhadap-Nya.

Perbuatan di luar batas kemampuan manusia biasa dan adanya kesempurnaan ruhani dan jasmani para wali Allah disebabkan oleh pencapaian mereka pada maqam tersebut, melalui penghambaan dan pengamalan atas esensi ajaran-ajaran Islam, hingga mereka sendiri dikatakan sebagai para petunjuk menuju jalan yang lurus.

Manusia dalam menempuh jalan penghambaan dan keikhlasan dalam beribadah hendaklah ia sendiri memiliki jalur kesempurnaan mental, yang di dalam kehidupannya tidak memiliki ikatan indvidu dan golongan tersendiri. Jalan tersebut di luar batasan jasmani dan materi. Setiap individu dalam melakukan perjalanan maknawinya. Ia menempuh perjalanan kesempurnaannya menurut keadaannya, yakni melalui perjalanan ketika hidupnya dan melalui perjalanan setelah meninggalnya.

Apa Yang Dimaksud dengan Kesempurnaan?

Ketika kita mengatakan bahwa Allah Maha Sempurna secara mutlak dan tidak terbatas. Maksud dari kesempurnaan itu adalah Sifat –Sifat Wajib bagi Allah Swt, yakni: ilmu, kuasa, hidup dan berkehendak. Setiap hamba dalam cahaya pengikut menuju jalan ketaatan. Langkah menuju kesempurnaan adalah jalan untuk menapaki tangga kesempurnaan yang lebih tinggi, maksudnya adalah kesempurnaan eksistensi akan lebih besar diperoleh, ilmu yang lebih dalam, kemampuan yang lebih besar dan hidup yang lebih kekal. Dalam hal ini, derajatnya akan melebihi para malaikat melalui kesempurnaan yang lebih besar.

Dalam meraih kesempurnaan itu, sebagian mereka menempuhnya melalui penguasaan atas alam materi (dunia), yakni dengan melakukan perbuatan yang tidak biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, misalnya: sekelompok orang pertapa melakukan penyucian jiwa yang merusak kesehatan jiwa demi memberikan kekuatan pada ruh.

Adapun metode yang benar dalam meraih kebahagian alam dunia dan akhirat, yakni melalui jalur penghambaan dan ketundukan di hadapan Pencipta alam. Setiap makhluk bila melalui jalur penghambaan ini akan memperoleh derajat dan pada akhirnya, akan memiliki wewenang dalam penguasaan alam penciptaan.

“Tiada seorang hamba-Ku dengan melalui perantara perbuatan/ibadah akan lebih mendekatkan ia kepada-Ku, (kecuali suatu perbuatan) lebih Aku cintai dari pelaksanaan kewajibannya. Beliau menambahkan, ‘Hamba-Ku yang mengerjakan salat nafilah akan menjadikan ia dekat kepada-Ku dan Aku mencintainya. Ketika ia mencintai-Ku, pendengarannya adalah pendengaran-Ku, matanya adalah mata-Ku dan dengannya ia melihat. Lidahnya adalah lidah-Ku dan dengannya ia berucap. Tangannya adalah tangan-Ku dan dengannya ia mempergunakannya. Apapun yang ia inginkan akan Kukabulkan dan jika sesuatu ia inginkan dari-Ku, maka Aku akan berikan.”
Dengan memerhatikan hadis ini, betapa besar kesemurnaan seseorang disebabkan melaksanakan kewajiban salat fardu dan nafilahnya. Ini adalah kondisi kemampuan dari diri manusia yang telah mencapai suatu batas yang bersandar pada kekuatan Ilahi, pendengarannya tidak mampu didengar oleh pendengaran orang awam. Pada akhirnya, keinginannya akan dikabulkan oleh Allah disebabkan karena kecintaan ia kepada-Nya dan amalnya akan menjadi pembuatan Ilahiyah.

Tidak diragukan lagi maksud dari keterangan di atas, bahwa penglihatan dan pendengaran akan menjadi penglihatan dan pendengaran Allah dan dalam cahaya kekuatan Ilahi. Tentunya kemampuan semua ini lebih besar.

Efek Penghambaan dan Kesempurnaan Rohani

Salah satu efek dari kesempurnaan rohani adalah penguasaan di alam tabiat dengan izin Allah. Penjelasannya adalah dalam cahaya ibadah dan penghambaan, tidak hanya area badan di bawah perintah dan pengaruh kehendak manusia, bahkan dunia tabiat juga tunduk pada kehendaknya. Seorang manusia atas izin Allah, dalam cahaya kekuatan yang berasal dari kedekatan ia kepada-Nya, memiliki penguasaan alam tabiat dan berasal dari sebuah rangkaian mukjizat dan karomah.

(Disadur dari buku Rahnema-e Hakekat -Syekh Ja’far Subhani)

Tinggalkan komentar